بسم الله الرحمن الرحيم

Jumat, 07 November 2008

SRIKANDI

SRIKANDI MUSLIMAH*
Ibn Saif ar-Rahman


Perempuan adalah saudara laki-laki. Demikian ungkapan Rasulullah SAW tentang perempuan, seperti diriwayatkan dalam sahih Bukhari. Pernyataan seperti ini banyak ditemui dalam sirah dakwah Nabi SAW.

Kaum Muslimin tidak akan lupa bahwa yang pertama kali mengimani Muhammad bin Abdullah sebagai Nabi dan Rasul adalah seorang perempuan yang dijadikan oleh Allah SWT sebagai istrinya, Khadijah radhiyallahu 'anhaa.

Beliaulah yang membantu Rasul berdakwah, membelanya, dan mengeluarkan harta bendanya bagi dakwah. Ia sangat mencintai suaminya di saat banyak orang mengucilkan dan membencinya. Beliaulah yang berada di sisi Rasul dan membela dakwah Nabi dengan tegar tanpa surut sampai akhir hayatnya tiga tahun sebelum hijrah. Inilah srikandi Muslimah pertama.

Di Makkah dan Madinah bukan hanya laki-laki yang berdakwah, melainkan juga perempuan. Saudah binti Zam'ah, setelah memeluk Islam, segera mendakwahi keluarganya sampai suaminya masuk Islam.

Bahkan keduanya saling mendukung untuk turut berhijrah ke Habasyah. Demi dakwah, sang suami pun meninggal di negeri Najasyi itu. Akhirnya sepulangnya ke Makkah, Allah SWT. menetapkannya sebagai istri Nabi SAW.

Ummu 'Ammar (istri Yasir, ibunya 'Ammar bin Yasir) adalah orang pertama yang terbunuh fi sabilillah untuk kemudian diikuti oleh suaminya. Demikian pula Fatimah binti Al-Khatab yang didampingi oleh suaminya berdiskusi dengan kakaknya Umar bin Khatab yang berakhir dengan masuknya Umar ke dalam Islam.

Di kala pasukan Nabi hendak pergi ke Khaibar, pergilah Ummu Sinaan menghadap Beliau, meminta disertakan dalam pasukan guna keperluan menjaga minuman, mengobati orang sakit dan orang luka, dan menjaga perbekalan. Permintaan tersebut dikabulkan Rasulullah dengan menyatakan, "Pergilah dengan mendapat berkah dari Allah."

Tidak jarang peran perempuan Muslimah ketika itu pada bidang yang berisiko tinggi. Asma binti Abu Bakar bertugas mengantar makanan bagi ayahandanya (Abu Bakar) dan Rasulullah SAW yang tengah bersembunyi di gua Sur dalam perjalanan hijrah ke Madinah.

Peran ini sangat berbahaya bagi keselamatan dirinya. Namun, dengan cerdik, Asma berjalan menuju bukit itu sambil menggembalakan kambing. Ia berjalan di depan, kambing-kambingnya di belakang sehingga jejak kakinya terhapus jejak kambing. Akhirnya Rasul dan Abu Bakar pun lolos.

Shafiyyah binti Abdul Muthalib, seorang sahabat perempuan yang pernah membunuh laki-laki Yahudi yang hendak memata-matai dan mencari kelemahan kaum muslimin dalam perang khandak. Beliau pula yang memimpin demo sahabat wanita kepada Rasulullah, ketika menuntut persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam pahala. Beliau mengatakan kepada Nabi saw. bahwa wanita tidak diperintahkan sholat berjamaah di mesjid, berjihad di jalan Allah sebagaimana laki-laki dan bahkan justru hanya melayani suami-suaminya saja. Maka Rasul saw. pun menjawab, bahwa istri-istri yang melayani suaminya dengan baik, maka pahalanya sama dengan suami-suami yang berangkat jihad dan berjama'ah di mesajid.

Bahkan Allah SWT mengumpamakan orang-orang kafir seperti istri Nabi Nuh as. dan Nabi Luth as. yang durhaka terhadap suaminya. Sebaliknya Allah SWT mengumpamakan orang-orang mukmin seperti istri Fir'aun yang bisa menjaga akidahnya dan Maryam bin Imran yang menjaga kehormatannya. (Lihat QS. at-Tahrim: 10-12).

Terang sekali, betapa kaum perempuan seyogianya menjadi Srikandi Muslimah seperti mereka. Sudah saatnya perempuan menolak kaum hawa didudukkan atau mendudukkan diri sebagai pengeksploitasi birahi, penghibur dengan goyangan dahsyat, penumpuk kekuatan pada kecantikannya, dan pengabai terhadap kehidupan masyarakat yang para warganya dilahirkan dengan penuh kesusahan.

Terlebih dengan adanya gerakan liberalisasi pemikiran Islam yang mengarahkan perempuan menuntut persamaan gender tanpa batas. Sebuah gerakan dengan landasan pemikiran barat yang menuhankan rasionalitas dan kosong dari wahyu, hampa moral, dan berpikir dikotomi jelas bertentangan dengan Islam yang berpijak pada wahyu dan moral. Pada akhirnya, terjadilah tuntutan yang mendekonstruksi syari'ah, seperti menuntut hak waris yang sama, haramnya poligami, dan bahkan lesbianisme.

Pijakan berpikir dan berprilaku seorang muslimah jelas memperlihatkan kemaslahatan dirinya di dunia dan akhiratnya. Sebagaimana sahabat istri dahulu, yang melakukan tuntutan terhadap Rasul saw. Yang mereka tuntut bukanlah persamaan laki-laki dan perempuan yang berorientasi duniawi semata, tetapi mereka menuntut persamaan pahala yang berorientasi ukhrawi.

Maka seperti apakah Srikandi Muslimah itu? Seorang muslimah unggulan yang menghargai dirinya. Menjunjung nilai-nilai moral agama yang menjamin keselamatan dunia dan akhiratnya. Syari'at yang termaktub dalam al-Qur'an dan al-hadits untuk menjaga kehormatan dan kesucian pribadinya. Sebagai modal dasar yang perlu diperhatikan, diantaranya:

1. Penampilan terbaik
Seorang muslimah dituntut untuk tampil sebagai dirinya yang menggambarkan keislamannya. Karena ia bisa saja dimulyakan dan dihargai ketika menyadari jatidirinya sebagai seorang muslimah. Bangga dengan apa yang dimiliki dalam agamanya dan tidak mengagungkan ajaran di luar agamanya. Aturan Islam dalam berpenampilan merupakan refleksi dari kemulyaan manusia,
"Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk." (At-Tin:4)
Indah, rapi, dan menutup aurat. Itulah ungkapan yang pantas kiranya untuk penampilan seorang muslimah. Allah swt. Berfirman,
"Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min:"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu merka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 33:59).

Al Imam Abu Ja’far Muhammad Ibnu Jarir Ath Thabriy, beliau rahimahullah berkata dalam tafsir ayat ini : Allah SWT mengatakan kepada Nabi-Nya Muhammad SAW : Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min:" janganlah kalian/wanita menyerupai budak dalam hal pakaiannya, jika mereka keluar rumah untuk keperluannya, mereka membuka rambut dan mukanya, tapi hendaklah mereka mengulurkan jilbab (jubah)nya keseluruh tubuh mereka agar tidak diganggu orang jahat jika dia tahu bahwa mereka itu wanita merdeka dengan gangguan perkataan. Beliau juga mengutip sebuah hadits,

Ya’qub telah memberi kabarku, berkata : Husyaim telah mengkabarkan kami, berkata : Hisyam telah mengkabarkan kami, dari Ibnu Sirin, berkata : saya bertanya kepada Ubaidah tentang firman-Nya,” Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min:"Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka" berkata : Maka beliau memperaktekan dengan kainnya, beliau tutup kepala dan wajahnya dan hanya menampakan salah satu mata. (Sanadnya shahih lihat Raf’ul Junnah :139).

Ada juga yang mengatakan pakaian wanita itu yang menutup seluruh tubuh selain muka dan telapak tangan. Jangan yang tipis dan jangan dengan potongan yang menampakkan bentuk tubuh. Allah berfirman:
"... dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya ..." (an-Nur: 31 )
Diriwayatkan dari beberapa sahabat bahwa perhiasan yang biasa tampak ialah muka dan tangan.
Jadi aurat yang mesti ditutup yakni seluruh badan kecuali mata atau minimalnya hanya terlihat wajah dan muka.

2. Perkataan terbaik
Secara jelas al-Qur-an pun mengisyaratkan ahsanu qaulan (perkataan terbaik). Semua perkataan disesuaikan dengan mukhatabnya. Diantaranya,
a. Qaulan ma'rufan kepada anak yatim
"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya], harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." (an-Nisaa:(4): 5)
b. Qaulan kariman kepada orang tua
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia." (al-Israa (17): 23)
c. Qaulan sadidan kepada lawan jenis
"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[1213] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya[1214] dan ucapkanlah perkataan yang baik." (al-Ahzab (33): 32)
d. Qaulan maisuran kepada kerabat dan orang miskin
"Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas." (al-Israa (17): 28)
e. Qaulan balighan kepada orang munafik
"Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka." (an-Nisaa (4): 63)
f. Qaulan tsaqilan sebagai hasil dari keta'atan hamba kepada-Nya
"Dan bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atu lebih dari seperdua itu. Dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat." (al-Muzammil (73): 2-5)

3. Amal terbaik
Nabi bersabda, "Sesungguhnya Allah itu baik dan menyukai yang baik-baik", "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan". Seandainya amal kita asal-asalan, maka yang di dapat pun akan asal-asalan. Allah swt. berfirman,

"Dia yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji siapa diantara kalian yang paling baik amalnya." (al-Mulk (67): 2).

Semua amalannya dibalut dengan dasar ilmu yang menuntun kepada amal yang diterima, iman yang menjadi starting point pahala, ihtisab yang menyempurnakan hasil, dan mengikuti sunnah yang menjauhkan bid'ah.

Disamping itu ada hal-hal yang perlu diperhatikan seorang muslimah ketika berprilaku,
a. Menahan pandangan dari kedua belah pihak. Artinya, tidak boleh melihat aurat, tidak boleh memandang dengan syahwat, tidak berlama-lama memandang tanpa ada keperluan. Allah berfirman:
"Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.' Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya ..."(an-Nur: 30-31)
b. Dalam berjalan, jangan memancing pandangan orang. Firman Allah:
"... Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan..." (an-Nur: 31)
Hendaklah mencontoh wanita yang diidentifikasikan oleh Allah dengan firman-Nya:
"Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan ..." (al-Qashash: 25)
c. Dalam gerak, jangan berjingkrak atau berlenggak-lenggok (mumiilat maailat) yang diancam tidak akan mencium bau surga. (HR. Muslim).Na'udzu billah.

0 komentar: