بسم الله الرحمن الرحيم

Senin, 17 Agustus 2009

Renungan Kemerdekaan

Kemerdekaan Indonesia ke-64 2009 berdekatan dengan bulan kemenangan kaum Muslimin, bulan ramadhan 1430. Betapa indah kiranya, jika kemerdekaan dan kemenangan tersebut teraih tanpa ada yang mesti dikorbankan. Realitas yang kita lihat, kemerdekaan hanya dirasakan pada seberapa besar perhatian masyarakat untuk mengadakan acara hiburan, baik musik -dangdutan, band, dll- ataupun beragam perlombaan. Betapa malang bangsaku, kemerdekaan yang seharusnya dirayakan, hanya mereka kenang sebagai romantisme sejarah. Kemerdekaan yang semestinya disyukuri, malah dikufuri dengan hura-hura dan foya-foya.

Sementara para pahlawan kita begitu bangga walau harus menguras tenaga dan pikiran demi wujudnya kemerdekaan bumi Indonesia. Mengapa mereka berhasil? Yang jelas kemerdekaan tidak mungkin diraih tanpa adanya kemenangan, kemenangan mustahil didapat tanpa adanya perjuangan, perjuangan tidak akan berarti tanpa adanya kebersamaan dan persaudaraan, persaudaraan tidak mungkin tercapai tanpa ketulusan, ketulusan tidak berfaedah tanpa didasari ilmu, dan ilmu menjadi sesat tanpa iman. Begitulah kemerdekaan diraih oleh para pendahulu kita, pahlawan kita, guru kita, para ‘Ulama dan santrinya yang merepresentasikan keniscayaan proses kemerdekaan.

Hari ini kita bertanya, mengapa kemerdekaan yang berumur cukup tua ini terasa hambar dirasakan? Terasa mengawang dibayangkan? Malu kiranya mengaku sebagai bangsa yang merdeka. Toh selama ini rakyat masih menjerit kelaparan, ketakutan, rendah diri tak punya harga diri, mengutang kesana kemari. Apa yang terjadi? Apakah karena umur kemerdekaan yang tua menjadikan negeri ini tidak punya gigi, nyali, ambisi, dan harga diri?

Apa yang salah? Dimana letak kesalahan kita? Dari mana kita harus memulai? Bagaimana caranya? Yang pasti kita harus bangkit. Bangkit dari tidur, iman dari kufur, pintar dari bodoh, ikhlas dari riya, saudara dari musuh, bersama dari berpisah, rajin dan kerja keras dari malas, berani dari takut, merdeka dari terhina. Segalanya belum berakhir. Harapan itu masih ada.

0 komentar: